Jumat, 08 Agustus 2014
Selasa, 15 Mei 2012
PKMM Nata de Legen
Legen
adalah minuman khas kabupaten Tuban. Legen ini dapat dengan mudah mengalami
fermentasi sehingga nilai jualnya menurun. selain itu, kondisi perekonomian
masyarakat penghasil legen juga berada pada kalangan menengah ke bawah. oleh
karena itu, muncullah ide dari mahasiswa ITS untuk Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian
Masyarakat (PKMM) tentang pengubahan legen menjadi produk yang lebih tahan lama yaitu "Nata de Legen". Program ini memberikan pelatihan pembuatan dan pengemasan Nata de Legen kepada masyarakat di desa Kopen
Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban. Pelatihan dilakukan selama 3 hari mulai tanggal
6-8 April 2012. Materi yang diberikan meliputi proses pengembangbiakan bibit,
pembuatan, serta pengemasan Nata de Legen. Masyarakat tampak antusias dengan
adanya pelatihan ini, terlihat dari sambutan hangat saat hari pertama tim PKMM
datang, pserta berjumlah 34 orang Peserta dapat memahami dengan baik semua isi
materi yang diberikan, dan juga dapat melakukan simulasi secara langsung pada
saat pelatihan.
Sosialisasi PKM-P 2012
Analisis Senyawa
Flavonoid Daun Mindi (Melia Azedarach L) sebagai Alternatif Bedak Antioksidan
Rinanda
Permatasari*, Nur Fadilah*, Yus Ika Murni Anggraini*,
Rizky Viviyanti*, Stevi Adelia Putri*,
Taslim Ersam1
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Abstrak
Penelitian ini bertujuan
untuk melakukan analisis terhadap kemampuan antioksidan dari senyawa flavonoid
yang terkandung dalam daun mindi sehingga dapat digunakan sebagai
alternatif bedak antioksidan alami.
Senyawa flavonoid dapat menghambat radikal bebas dengan mendonorkan atom
hidrogen. Analisis senyawa flavonoid dilakukan dengan cara mengambil ekstrak
daun mindi yang mengandung flavonoid terbanyak, yang kemudian dianalisis
kemampuan antioksidannya dengan metode DPPH.
Ekstrak daun mindi tersebut diperoleh dari proses maserasi dan
fraksinasi daun mindi menggunakan pelarut yang berbeda. Maserasi dilakukan
dengan pelarut n-heksana dan etanol, sehingga didapat ekstrak pekat etanol.
Ekstrak pekat etanol tersebut kemudian difraksinasi menggunakan n-heksana,
klroform, etil asetat, dan n-butanol. Fraksi n-butanol inilah yang mengandung
senyawa flavonoid terbanyak. Uji aktifitas antioksidan dilakukan menggunakan
metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrasi). Pengujian secara
kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis.
Pengujian dinyatakan positif sebagai antioksidan jika terjadi perubahan warna
dari ungu menjadi kuning karena terjadi reaksi antara senyawa dengan radikal
DPPH. Pengujian aktifitas antioksidan pada ekstrak daun mindi menunjukkan hasil
yang positif, noda ekstrak yang ditotolkan pada plat KLT yang kemudian
disemprot dengan DPPH menunjukkan warna kuning, yang artinya senyawa flavonoid
yang terkandung pada ekstrak mampu menghambat radikal dari DPPH. Uji
kuantitatif untuk aktifitas antioksidan dilakukann menggunakan spektrofotometer
UV-VIS dengan metode DPPH.
Kata
kunci: daun
mindi, flavonoid, antioksidan, ekstraksi, bedak antioksidan.
Sabtu, 12 Mei 2012
Sosialisasi PKMP TIM BISMUT ITS Tahun 2012
Penurunan Kadar
Logam Krom dalam Limbah Elektroplating Menggunakan Biomassa Rambut Manusia dengan
Aktivasi Natrium Sulfida (Na2S) 0,1N
Tikha Reskiani Fauziah*,Dian Nofiana, Desy Tri
Kusumaningtyas, M.Ibrohim Chanifan, Nanik Hanifah, Ita Ulfin1
Jurusan
Kimia
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Abstrak
Penggunaan
biomassa rambut manusia teraktivasi natrium sulfida 0,1 N dan biomassa rambut
manusia tidak teraktivasi natrium sulfide 0,1 N sebagai biosorben untuk
menurunkan kadar logam krom dalam limbah elektroplating telah dipelajari.
Limbah elektroplating yang digunakan pada penelitian ini berasal dari industri
elektroplating rumah tangga di Desa Ngingas Kecamatan Waru, Sidoarjo dan
diketahui memiliki kadar krom sebesar 7,0895 mg/L.
Biomassa yang telah diaktivasi maupun biomassa yang tidak diaktivasi memiliki
perubahan struktur dari karakterisasi menggunakan FTIR. Biomassa rambut manusia
teraktivasi mampu menyerap krom mencapai 26,42 % dan
59,61 % untuk biomassa rambut manusia tak teraktivasi. Sedangkan % regenerasi logam krom didapatkan sebesar 63,15 %
untuk biomassa rambut manusi teraktivasi dan 54,20 % untuk biomassa rambut
manusia tak teraktivasi.
Kata Kunci: Biomassa
Rambut Manusia, Aktivasi Kimia, Logam Krom, Limbah Elektroplating
Abstract
Human hairs activated with 0.1 N sodium
sulfide were used as biosorbent for removal of chromium in electroplating
waste. The waste used in this research is obtained from Home-based
electroplating industry in Desa Ngingas, Kecamatan Waru Sidoarjo and found have
chromium concentration value 7,0895 mg/L. Activated and unactivated biomass was
characterized using FTIR to identify any changes in the structure. The
activated human hairs biomass can adsorb chromium up to 26,42 % and 59,61 % for unactivated human hairs biomass. While the
percentages of chromium regeneration are 63,15 % for activated human
hairs biomass and 54,20 % for unactivated human hairs biomass.
Keywords: Human hairs biomass, Chemical Activation, Chromium, Electroplating
waste
I.Pendahuluan
Bahan pencemar dalam limbah cair
elektroplating yang sering menjadi perhatian adalah ion-ion logam berat karena
selain sifat toksik dari ion-ion tersebut meskipun berada pada konsentrasi yang
rendah (ppm) juga dapat bersifat bioakumulasi dalam siklus rantai
makanan (Sharma dan
Weng, 2007) dan
umumnya sebagai polutan utama bagi lingkungan (Suarsana,
2008).
Bahan pencemar dalam limbah cair
elektroplating yang sering menjadi perhatian adalah ion-ion logam berat karena
selain sifat toksik dari ion-ion tersebut meskipun berada pada konsentrasi yang
rendah (ppm) juga dapat bersifat
* Corresponding author Phone : +6283856295181, e-mail : tikha354@gmail.com
1Alamat sekarang : Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya
e-mail : itau@chem.its.ac.id
bioakumulasi dalam siklus rantai makanan (Sharma dan Weng, 2007) dan
umumnya sebagai polutan utama bagi lingkungan (Suarsana,
2008). Untuk menghindari dampak negatif
terhadap kesehatan maupun menyelesaikan permasalahan pencemaran dan untuk
mematuhi baku mutu limbah cair, maka limbah cair industri elektroplating perlu
diolah terlebih dahulu sebelum dilepaskan ke dalam saluran atau sungai.
Menurut
Sugiharto (1987), pada umumnya pengolahan
limbah dari industri elektroplating tidak banyak berbeda dengan pengolahan
limbah dari industri lainnya, yaitu dengan cara koagulasi, flokulasi kemudian
sedimentasi. Metode tersebut dirasa tidak efektif apabila diterapkan
pada larutan yang memiliki konsentrasi logam berat antara 1-1000 mg/L dan
membutuhkan bahan kimia dalam jumlah besar. Dibandingkan dengan metode-metode
yang lain, adsorpsi merupakan metode yang paling banyak digunakan karena metode
ini aman, tidak memberikan efek samping yang membahayakan kesehatan, tidak
memerlukan peralatan yang rumit dan mahal, mudah pengerjaaannya dan dapat di
daur ulang (Erdawati, 2008). Dewasa ini telah banyak dikembangkan teknologi
aplikasi adsorpsi menggunakan bahan biomaterial untuk menurunkan kadar logam
berat dari perairan (biosorpsi).
Para
ahli telah lama mengetahui bahwa bahan-bahan berserat seperti wool, rambut
manusia dan bulu ayam dapat mengadsorpsi ion-ion logam dalam larutannya. Tan
(1985) melaporkan bahwa rambut manusia dapat digunakan sebagai adsorben logam
tembaga (II). Adanya sifat adsorpsi rambut manusia tersebut mendorong banyak
kajian yang menyelidiki kemungkinan penggunaan bahan-bahan berserat keratin
sebagai subtituen yang murah dan sederhana daripada adsorben lainnya (seperti
resin penukar ion) yang biasanya mahal.
Keratin
adalah serat protein yang banyak terdapat pada lapisan pelindung pada manusia
atau hewan, seperti kulit rambut atau bulu. Kebanyakan keratin di alam adalah
α-keratin, disamping ada konformasi lain yang dikenal yaitu anti parallel atau pleated sheet (Wingrove, 1981).
Sifat-sifat keratin yang dikaitkan dengan gugus asam amino dan hidroksil yang
terikat, maka menyebabkan sifat polielektrolit kation sehingga dapat berperan
sebagai penukar ion dan sebagai adsorben terhadap logam berat dalam air limbah
(Tan, 1985). Pace dan Michelsen (1973) melaporkan bahwa kapasitas adsorpsi ion
merkuri oleh rambut (bulu) dari limbah penyamakan kulit dapat disamakan dengan
kapasitas resin penukar ion Dowex 50W-X8 dan Dowex 1-X8. Kulkarni dan Rane
(1980) melaporkan bahwa kapasitas adsorpsi maksimum rambut manusia dengan
aktivasi alkali dan alkalin terhadap ion merkuri adalah 41,6 dan 50,5 mg/g (
Tan dkk, 1985). Nazzarudin (1995) melaporkan bahwa kapasitas adsorpsi rambut
manusia dengan aktivasi alkalin terhadap ion logam tembaga (II) adalah 12,24
mg/g. Pemilihan logam krom disini
didasarkan pada kondisi nyata di lapangan, dari hasil laboratorium diperoleh
data bahwa limbah cair industri elektroplating mengandung logam kromium.
Rambut manusia yang telah diaktivasi dengan larutan Na2S
akan digunakan untuk menurunkan kadar logam kromium pada limbah dari
industri elektroplating rumah tangga di
Desa Ngingas Kecamatan Waru. Selain itu, pada
penelitian ini juga diamati pengaruh ukuran biomassa rambut manusia teraktivasi
terhadap penyerapan logam kromium. Metode yang digunakan pada penelitian adalah
metode batch, prinsip dari
metode batch yaitu dengan menambahkan
adsorben ke dalam larutan dan diaduk dengan waktu tertentu.
II. Metodologi
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
Peralatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah oven listrik, kertas saring, magnetic stirrer, neraca analitis, gunting, erlenmeyer, pH meter dan beberapa alat gelas.
Instrumen yang digunakan diantaranya SSA AA-6800 Shimadzu, spektrofotometer
UV-Vis DU ® 7500 Beckman, spektrofotometer
Shimadzhu FTIR-8201 PC .
2.1.2 Bahan
Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah rambut
manusia yang diperoleh dari salón rambut di Kota Madiun; padatan Na2S; HNO3 65%;
aseton; dan Cr(NO3)3.9H2O;
aquadest, aqua DM dan sampel limbah industri elektroplating yang diperoleh dari
industri elektroplating rumah tangga di Desa Ngingas Kecamatan Waru.
2.2 Prosedur kerja
2.2.1. Pembuatan Kurva
Kalibrasi Logam Kromium
Larutan induk kromium 100 ppm
dipipet sebanyak 0,5; 1; 2; 3 dan 5 mL, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur
100 mL dan diencerkan dengan menambahkan aqua DM sampai tanda batas sehingga
diperoleh larutan kromium dengan konsentrasi
0,5; 1; 2; 3 dan 5 ppm untuk diukur nilai serapannya dengan SSA pada
panjang gelombang maksimum 357,9 nm (Setyorini, 2006).
2.2.2 Pembuatan Biomassa Rambut
Manusia
Rambut Manusia dicuci dengan
air dan detergen beberapa kali, kemudian dijemur sampai kering dan hilang
baunya. Setelah kering, rambut tersebut dipotong kecil-kecil. Adsorben dicuci/direndam dengan aseton sampai
terendam selama 15 menit, kemudian disaring dengan menggunakan corong buchner.
Residu yang didapat dikeringkan dengan oven pada suhu 50oC sehingga biomassa siap digunakan. Karakterisasi
biomassa ini dilakukan menggunakan FTIR.
2.2.3 Perlakuan Aktivasi
Biomassa Rambut Manusia dengan Larutan Alkali
Masing-masing
biomassa diambil sebanyak 1 gram dan diaktivasi menggunakan larutan alkali Na2S
0,1 N sebanyak 100 mL, kemudian distirer selama 20 menit. Kondisi ini merupakan
kondisi optimum berdasarkan penelitian Setyorini (2006). Setelah 20 menit,
campuran disaring menggunakan corong buchner. Residu yang didapat dikeringkan
dengan oven pada suhu 50oC sehingga diperoleh biomassa bulu ayam
teraktivasi yang siap digunakan. Bulu ayam teraktivasi ini juga dilakukan
karakterisasi menggunakan FTIR.
2.2.4 Analisa Konsentrasi Logam Berat pada Biomassa
Rambut Manusia Teraktivasi dan Tidak Teraktivasi
Biomassa
rambut manusia teraktivasi ditimbang sebanyak 0,5 gram dan didestruksi dengan
10 mL HNO3 65% hingga diperoleh larutan yang jernih. Selanjutnya
larutan disaring dan filtrat yang diperoleh, dimasukan ke dalam labu ukur 100
mL dan ditambahkan aqua DM hingga tanda batas. Kemudian dianalisa kadar
kromium. Perlakuan ini diulangi untuk
biomassa rambut manusia tidak teraktivasi.
2.2.5
Analisa Konsentrasi Logam Berat pada Limbah Elektroplating
Sampel limbah
elektroplating diambil sebanyak 100 mL, dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu
ditambahkan 5 mL HNO3 65%, campuran diaduk hingga homogen, kemudian
dididihkan hingga diperoleh
larutan yang jernih.
Larutan hasil destruksi didinginkan kemudian ditempatkan dalam labu ukur 100 mL
dan ditambahkan HNO3 1% sampai tanda batas. Larutan tersebut
kemudian dianalisa kadar kromium dan tembaga
dengan SSA.
2.2.6
Penentuan Adsorpsi-Desorpsi Logam Kromium pada Limbah Elektroplating
Menggunakan Biomassa Rambut Manusia Teraktivasi dan Tidak Teraktivasi
Limbah
elektroplating disiapkan ke dalam sembilan gelas beker dengan volume yang sama
(25 mL). Pada gelas beker pertama dimasukkan 0,5 gram biomassa rambut manusia
teraktivasi dan distirer selama 60 menit. Kemudian larutan tersebut disaring,
filtrat yang diperoleh diukur kadar kromium yang tidak teradsorb oleh biomassa
menggunakan AAS. Lalu biomassa rambut manusia tersebut dimasukkan kembali ke
dalam gelas beker yang kedua dan distirer selama 60 menit. Setelah itu. larutan
kembali disaring untuk mengukur kadar kromium yang tidak teradsorb biomassa.
Biomassa rambut manusia tersebut kemudian dimasukkan ke dalam gelas beker
ketiga selama 60 menit begitu seterusnya sampai gelas beker kesembilan.
Biomassa rambut manusia teraktivasi yang
telah digunakan untuk penentuan studi adsorpsi, dimasukkan ke dalam 50 mL HCl
4N kemudian distirer selama 60 menit. Larutan disaring dan filtrat yang
diperoleh, didestruksi dengan HNO3 65%. Larutan dianalisa kadar krom
menggunakan SSA. Sedangkan biomassa rambut manusia tersebut kembali dimasukkan ke
dalam 50 mL HCl 4N dan distirer 60 menit. Setelah itu, disaring dan filtrat
yang diperoleh dianalisa kadar kromium menggunakan SSA. Prosedur ini diulangi untuk biomassa rambut manusia yang tidak
teraktivasi.
III. Hasil dan Pembahasan
3.1
Karakteristik Limbah Elektroplating dari Industri Elektroplating Rumah Tangga
di Desa Ngingas
Pada penelitian
ini digunakan limbah elektroplating yang berasal dari salah satu industri
elektroplating rumah tangga di Desa Ngingas. Industri yang menyediakan jasa
elektroplating ini telah beroperasi sejak tahun 1997 yang menghasilkan
produk-produk elektroplating sesuai pesanan. Produk yang dihasilkan meliputi
peralatan rumah tangga hingga spare part
kendaraan. Untuk proses elektroplating meliputi pembersihan menggunakan asam, kemudian
dibilas dan dilanjutkan ke dalam proses elektroplating dengan merendam
benda-benda yang akan dilapisi ke dalam bak elektroplating. Setelah melalui
proses ini, benda yang telah diplating
kembali dicuci untuk selanjutnya dilakukan tahap pewarnaan dan kemudian
dikeringkan.
Untuk pengolahan terhadap limbah hasil proses
produksi dilakukan dengan cara netralisasi. Secara umum, pemilik usaha membuat
bak penampung untuk menampung limbah cair seperti. Kemudian ditambahkan
kapur sampai terbentuk endapan dan didapatkan pH limbah 7 sedangkan
cairan yang tersisa dibuang ke lingkungan. Metode tersebut dirasa kurang
efektif karena tidak semua logam mengendap dengan pemberian kapur sehingga
kemungkinan besar cairan yang dibuang ke lingkungan masih mengandung logam
berat yang dapat membahayakan lingkungan. kendala lain yang dihadapi adalah
pemilik usaha juga merasa kesulitan untuk membuang endapan limbah yang
terbentuk.
Pengambilan limbah elektroplating untuk
penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 Januari 2012. Dari cuplikan yang
diambil tersebut kemudian ditentukan karakteristiknya, seperti yang ditunjukkan
pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1
Karakter fisika dan kimia limbah elektroplating
No.
|
Parameter
|
Pengamatan
|
Karakter
Fisika
|
||
1.
|
Wujud
|
Cair
|
2.
|
Warna
|
Kuning
kecoklatan
|
3.
|
Bau
|
Menyengat khas asam
|
Karakter
Kimia
|
||
4.
|
pH
|
2,78
|
5.
|
Krom
total
|
7,0895
mg/L
|
Dari
pengujian yang dilakukan dapat diketahui kadar krom total dalam limbah
elektroplating mencapai 7,0895 mg/L yang melebihi Baku Mutu Limbah Cair
Industri Elektroplating sesuai Kep-51/MENLH/10/1995 untuk krom total 0,5 mg/L.
3.2 Pembuatan Biomassa Rambut Manusia
Pembuatan
biomassa rambut manusia diawali dengan mencuci rambut manusia yang didapatkan
dari salón rambut di Kota Madiun, dengan air dan detergen hingga
bersih kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Rambut manusia yang telah kering tersebut kemudian dipotong
kecil-kecil dengan menggunakan gunting rambut.. Pembuatan biomassa dalam bentuk
rambut yang dipotong kecil-kecil bertujuan untuk memperluas bidang kontak
antara biomassa dengan larutan sehingga proses penyerapan dapat berjalan secara
optimal.
Biomassa rambut manusia dalam bentuk potongan kecil-kecil,
selanjutnya dicuci dengan aseton/
direndam dengan aseton sampai terendam selama 15 menit. Pencucian dengan
pelarut organik ini dilakukan untuk menghilangkan sisa-sisa lemak yang masih
berada dalam biomassa rambut manusia, karena lemak dapat mengganggu proses
penyerapan logam krom. Setelah didapatkan biomassa rambut manusia dilakukan
aktivasi dengan larutan alkali.
3.3 Aktivasi Biomassa Rambut Manusia dengan Larutan Alkali
Aktivasi biomassa dilakukan untuk
mengaktifkan gugus protein pada rambut manusia, yaitu α-keratin yang mengandung
sistin sehingga dapat menyerap lebih optimal. Aktivasi ini mengaktifkan
biomassa dengan merombak struktur seratnya dimana tingkat perombakan meningkat
dengan meningkatnya waktu kontak aktivasi sehingga meningkatkan daya serap. Tetapi
perombakan melalui perendaman yang terlalu lama dalam larutan alkali Na2S
0,1 N dapat melemahkan kekuatan serat dan tidak mampu menahan beban ion logam
yang terserap. Proses perombakan struktur α-keratin dapat terjadi dari
pemutusan sebagian dari berbagai ikatan dalam struktur keratin sehingga
menghasilkan berbagai gugus aktif yang dapat berinteraksi dengan ion logam.
Protein keratin diketahui banyak mengandung jembatan ditio (-S-S-) yang hanya
mampu diputuskan dengan senyawa pereduksi berupa sulfida, diantaranya adalah Na2S
(Kimbal, 1983). Untuk memastikan aktivasi tersebut telah berjalan sempurna maka
dapat dilakukan karakterisasi terhadap biomassa rambut manusia menggunakan
instrumen FT-IR.
Perubahan pada biomassa rambut manusia
sebelum dan setelah aktivasi juga nampak pada analisis gugus fungsi menggunakan
FTIR. Spektra IR pada Gambar 3.2 menunjukkan karakteristik daerah serapan untuk
ikatan peptida (-CONH-), dimana vibrasi pada ikatan tersebut dikenal sebagai
daerah serapan amida I-III (Wojciechowska dkk., 1999).
Daerah serapan amida I menunjukkan adanya vibrasi stretching gugus C=O yang muncul pada bilangan gelombang 1700-1600
cm-1 (Sun dkk., 2009). Pada biomassa rambut manusia sebelum aktivasi
dan setelah aktivasi masing-masing muncul pada bilangan gelombang sebesar 1658
cm-1 dan 1651 cm-1. Daerah serapan amida II yang muncul
pada bilangan gelombang antara 1560-1335 cm-1 (Muyonga dkk., 2004)
berasal dari vibrasi bending N-H dan stretching C-H, dimana pada rambut
manusia sebelum aktivasi dan setelah teraktivasi masing-masing muncul pada
bilangan gelombang sebesar 1543 cm-1 dan 1527 cm-1.
Untuk
daerah serapan amida III mucul pada bilangan gelombang sekitar 1240 cm-1
(Hashim dkk., 2009) merupakan daerah yang dihasilkan dari kombinasi vibrasi stretching C-N dan bending sebidang N-H, dengan beberapa pengaruh dari vibrasi stretching C-C dan bending C=O (Sun dkk., 2009). Rambut manusia sebelum aktivasi dan
teraktivasi menunjukkan puncak serapan yang sama pada 1242 cm-1
dengan bentuk puncak yang kecil. Pada penelitian Sun dkk., (2009) menyebutkan
adanya keterkaitan antara intensitas puncak pada 1167 dan 1073 cm-1
terhadap vibrasi stretching S-O
simetris dan asimetris dari residu larutan aktivator yang digunakan dalam hal
ini 1-butyl-3-methylimidazolium chloride
([BMIM]Cl), dimana pada bulu ayam teraktivasi menunjukkan puncak serapan yang
lebih tinggi dibandingkan bulu ayam sebelum aktivasi dan mengindikasikan
putusnya ikatan S-S. Hal ini berbeda dengan penelitian ini, rambut manusia
sebelum aktivasi dan teraktivasi menunjukkan puncak pada bilangan gelombang
yang sama yaitu 1080,14 cm-1 dengan intensitas serapan yang sama.
Sehingga ikatan S-S masih belum putus.
Gambar 3.2 Spektra FTIR bulu ayam sebelum aktivasi
(a) dan setelah aktivasi (b)
3.5 Hasil Analisa Konsentrasi Krom dalam Biomassa
Bulu Ayam Teraktivasi
Biomassa bulu ayam teraktivasi sebelum digunakan sebagai
biosorben untuk menurunkan kadar krom maupun kadar tembaga dalam limbah
elektroplating perlu dilakukan analisa awal terhadap konsentrasi krom dan tembaga
sebagai kontrol besarnya konsentrasi krom dan tembaga yang terkandung dalam
biomassa rambut manusia teraktivasi. Dari hasil analisa terhadap konsentrasi
logam krom dan tembaga dalam biomassa bulu ayam teraktivasi melalui
spektrofotometer serapan atom (SSA) pada panjang gelombang 357,9 nm untuk krom menunjukkan bahwa biomassa
rambut manusia sebelum aktivasi dan teraktivasi yang akan digunakan pada
penelitian ini masing-masing mengandung logam krom sebesar 0,0998 mg/g dan 0,1574 mg/g.
Dengan adanya konsentrasi logam krom yang terkandung dalam biomassa rambut
manusia tersebut maka akan sedikit berpengaruh pada proses penyerapan krom
dalam limbah elektroplating.
3.7 Hasil Penentuan
Adsorpsi-Desorpsi Logam Kromium pada Limbah Elektroplating Menggunakan Biomassa
Bulu Ayam Teraktivasi
Penentuan
adsorpsi-desorpsi logam krom menggunakan biomassa rambut manusia teraktivasi
dilakukan ke dalam limbah elektroplating yang baru tiap waktu optimum adsorpsi
yaitu 1 jam. Sehingga nantinya dapat ditentukan kemampuan biomassa tersebut
untuk menyerap logam krom selama 9 jam dan diketahui bahwa biomassa rambut
manusia teraktivasi mampu menyerap krom sebesar 6,9675 mg/L
dan biomassa tak teraktivasi mampu menyerap krom sebesar 17,9875 mg/L.
Kemampuan biomassa untuk menyerap logam krom akan terus meningkat hingga titik
jenuhnya seperti ditunjukkan pada grafik Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Grafik penentuan adsorpsi logam krom pada
limbah elektroplating menggunakan biomassa rambut manusia teraktivasi dan tak
teraktivasi
Secara umum pembentukan ikatan krom
dengan protein berupa senyawa kompleks ion krom dengan asam-asam amino hasil
metabolisme dalam sel karena krom merupakan logam soft (ion kelas B), maka krom
cenderung berikatan dengan gugus S atau kelompok senyawa yang mengandung gugus
nitrogen (Darmono, 1995). Dengan demikian proses adsorpsi logam krom oleh
biomassa rambut manusia terjadi karena adanya ikatan kovalen antara logam krom
dan rantai samping protein sulfihidril (Anggraini, 2006).
Terbentuknya ikatan kovalen ini diperkuat dengan desorpsi
biomassa yang dilakukan pada penelitian ini. Hasil desorpsi logam krom pada
biomassa rambut manusia teraktivasi menggunakan HCl 4N mencapai 4,400
mg/L dan 9,7500 mg/L untuk biomassa rambut manusia tak teraktivasi. Sedangkan %
regenerasinya didapatkan sebesar
63,15 % untuk biomassa rambut manusia teraktivasi dan 54,20% untuk biomassa tak
teraktivasi. Hasil ini menunjukkan bahwa perlakuan aktivasi biomassa rambut
manusia justru menunjukkan kemampuan menyerap krom yang kurang efektif
dibandingkan biomassa tanpa aktivasi. Hal ini dikarenakan perlakuan aktivasi
kemungkinan dapat melemahkan kekuatan serat dan tidak mampu menahan kekuatan
ikatan logam yang terserap, serta perlakuan aktivasi dengan alkali justru dapat
mengganggu sulfihidril yang terdapat dalam biomassa rambut manusia sehingga
menjadi terganggu pula kemampuan ikatnya dengan logam krom.
IV. Kesimpulan
dan Saran
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan diantaranya :
1)
kadar
krom total dalam limbah elektroplating yang digunakan pada penelitian ini
mencapai 7,0895 mg/L;
2)
biomassa
rambut manusia tak teraktivasi memiliki kemampuan menyerap krom lebih tinggi
mencapai 59,61 % dibandingkan dengan biomassa
teraktivasi yaitu 26,42 %;
3)
kemampuan biomassa rambut
manusia tak teraktivasi untuk menyerap logam krom selama 9 jam mencapai 17, 9875 mg/L dan 6,9675 mg/L untuk biomassa teraktivasi
sedangkan % regenerasi logam krom didapatkan sebesar 54,20% untuk biomassa
tak teraktivasi dan 63,15% untuk biomassa teraktivasi.
4.2 Saran
Pada
penelitian ini telah diketahui bahwa aktivasi rambut manusia dengan larutan Na2S
0,1 N dengan cara perendaman selama 20 menit menyebabkan kemampuan menyerap
krom lebih sedikit dari pada sebelum aktivasi. Oleh karena itu, diperlukan
studi lebih lanjut dalam melakukan aktivasi rambut manusia untuk dapat menyerap
logam krom yang lebih maksimal dari pada sebelum aktivasi.
Ucapan terimakasih kepada:
1. Allah SWT atas segala nikmat dan karunia serta kemudahan
yang telah diberikan kepada penulis;
2. Bapak dan Ibu
tercinta atas perhatian, kasih sayang,
dan do’a yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis;
3. Dra. Ita Ulfin,
M.Si. selaku Dosen Pembimbing atas waktu, arahan, pemahaman dan segala diskusi
serta semua ilmu yang bermanfaat selama penyusunan tugas akhir;
4. Juga semua pihak
yang terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Daftar Pustaka
Anggraini, R.
2006. “Optimasi Penyerapan Logam Krom oleh Biomassa Kering Bulu Ayam Broiller”.
Skripsi, Jurusan Kimia, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Baig, T.H.,
Garcia, A.E., Tiemann, K.J., dan Gardea Torresdey, J.L. 1999. “Adsorption of
Heavy Metals Ions by The Biomass of Solonum Elaeagnifolium (Silverleaf Night
Shade)”. Conference on Hazardous Waste
Research, hal. 131-142.
Boricha, A.G. dan Murthy, Z.V.P. 2009.
“Preparation, Characterization and Performance of Nanofiltration Membranes for
the Treatment of Electroplating Industry Effluent”. Separation and Purification Technology. 65: hal. 282-289.
Erdawati. 2008.
“Kapasitas Adsorpsi Kitosan dan Nanomagnetik Kitosan terhadap Ion Ni(II)”. Prosiding. Seminar Nasional Sains dan
Teknologi Universitas Lampung.
Indrawati,
L. 2009. “Aktivasi Abu Layang Batubara dan Aplikasinya pada Proses Adsorpsi Ion
Logam Cr dalam Limbah Elektroplating”. Tugas
Akhir, Jurusan Kimia, Universitas Negeri Semarang.
Matheickal, J.T.
dan Qiming Yu. 1999. “Biosorption of Lead (II) and Copper (II) from Aqueous
Solutions by Pre-treated Biomass of Australian Marine Algae”. Bioresource Technology. 69 : hal.
223-229.
Ni’mah, Y.L.
2006. “Penurunan Kadar Tembaga dalam Larutan dengan Menggunakan Biomassa Bulu
Ayam”. Skripsi. Jurusan Kimia,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Primadhani, S.Y.
2007. “Penurunan Kadar Tembaga dalam Larutan Menggunakan Biomassa Bulu Ayam
dengan Aktivasi Asam Tioglikolat 0,1 N”. Skripsi.
Jurusan Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Purwanto dan
Huda, S. 2005. “Teknologi Industri
Elektroplating”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Sciban, M.,
Radetic, B., Kevresan, Z., dan Klasnja, M. 2006. “Adsorption of Heavy Metals
From electroplating wastewater by Wood Sawdus”. Journal of Bioresource Tecnohlogy. 98, hal.402-409.
Setyorini,
T. 2006. “Optimasi Serapan Logam Kromium dalam Larutan Menggunakan Biomassa
Kering Bulu Ayam Broiller Diaktivasi dengan Larutan NaOH/Na2S”. Skripsi. Jurusan Kimia, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Sharma, Y.C. dan Weng, C.H. 2007. “Removal of Chromium(VI)
from Aqueous Solution by Activated Carbons: Kinetic and Equilibrium Studies”. Journal of Hazardous Materials: 142,
hal. 449–454.
Sumada, K. 2006.
Kajian Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri Elektroplating yang Efisien”. Jurnal Teknik Kimia. Vol.1 No.1, hal.
26-36.
Sun, P., Liu,
Z-T dan Liu Z-W. 2009. “Particles from Bird Feather : A Novel Application of an
Ionic Liquid and Waste Resource”. Journal
of Hazardous Materials, 170 : Hal. 786-790.
Volesky, B. 2000. “Biosorption of Heavy Metals”, CRC
Press, Boston.
Penurunan Kadar
Logam Krom dalam Limbah Elektroplating Menggunakan Biomassa Rambut Manusia dengan
Aktivasi Natrium Sulfida (Na2S) 0,1N
Tikha Reskiani Fauziah*,Dian Nofiana, Desy Tri
Kusumaningtyas, M.Ibrohim Chanifan, Nanik Hanifah, Ita Ulfin1
Jurusan
Kimia
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Abstrak
Penggunaan
biomassa rambut manusia teraktivasi natrium sulfida 0,1 N dan biomassa rambut
manusia tidak teraktivasi natrium sulfide 0,1 N sebagai biosorben untuk
menurunkan kadar logam krom dalam limbah elektroplating telah dipelajari.
Limbah elektroplating yang digunakan pada penelitian ini berasal dari industri
elektroplating rumah tangga di Desa Ngingas Kecamatan Waru, Sidoarjo dan
diketahui memiliki kadar krom sebesar 7,0895 mg/L.
Biomassa yang telah diaktivasi maupun biomassa yang tidak diaktivasi memiliki
perubahan struktur dari karakterisasi menggunakan FTIR. Biomassa rambut manusia
teraktivasi mampu menyerap krom mencapai 26,42 % dan
59,61 % untuk biomassa rambut manusia tak teraktivasi. Sedangkan % regenerasi logam krom didapatkan sebesar 63,15 %
untuk biomassa rambut manusi teraktivasi dan 54,20 % untuk biomassa rambut
manusia tak teraktivasi.
Kata Kunci: Biomassa
Rambut Manusia, Aktivasi Kimia, Logam Krom, Limbah Elektroplating
Abstract
Human hairs activated with 0.1 N sodium
sulfide were used as biosorbent for removal of chromium in electroplating
waste. The waste used in this research is obtained from Home-based
electroplating industry in Desa Ngingas, Kecamatan Waru Sidoarjo and found have
chromium concentration value 7,0895 mg/L. Activated and unactivated biomass was
characterized using FTIR to identify any changes in the structure. The
activated human hairs biomass can adsorb chromium up to 26,42 % and 59,61 % for unactivated human hairs biomass. While the
percentages of chromium regeneration are 63,15 % for activated human
hairs biomass and 54,20 % for unactivated human hairs biomass.
Keywords: Human hairs biomass, Chemical Activation, Chromium, Electroplating
waste
I.Pendahuluan
Bahan pencemar dalam limbah cair
elektroplating yang sering menjadi perhatian adalah ion-ion logam berat karena
selain sifat toksik dari ion-ion tersebut meskipun berada pada konsentrasi yang
rendah (ppm) juga dapat bersifat bioakumulasi dalam siklus rantai
makanan (Sharma dan
Weng, 2007) dan
umumnya sebagai polutan utama bagi lingkungan (Suarsana,
2008).
Bahan pencemar dalam limbah cair
elektroplating yang sering menjadi perhatian adalah ion-ion logam berat karena
selain sifat toksik dari ion-ion tersebut meskipun berada pada konsentrasi yang
rendah (ppm) juga dapat bersifat
* Corresponding author Phone : +6283856295181, e-mail : tikha354@gmail.com
1Alamat sekarang : Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya
e-mail : itau@chem.its.ac.id
bioakumulasi dalam siklus rantai makanan (Sharma dan Weng, 2007) dan
umumnya sebagai polutan utama bagi lingkungan (Suarsana,
2008). Untuk menghindari dampak negatif
terhadap kesehatan maupun menyelesaikan permasalahan pencemaran dan untuk
mematuhi baku mutu limbah cair, maka limbah cair industri elektroplating perlu
diolah terlebih dahulu sebelum dilepaskan ke dalam saluran atau sungai.
Menurut
Sugiharto (1987), pada umumnya pengolahan
limbah dari industri elektroplating tidak banyak berbeda dengan pengolahan
limbah dari industri lainnya, yaitu dengan cara koagulasi, flokulasi kemudian
sedimentasi. Metode tersebut dirasa tidak efektif apabila diterapkan
pada larutan yang memiliki konsentrasi logam berat antara 1-1000 mg/L dan
membutuhkan bahan kimia dalam jumlah besar. Dibandingkan dengan metode-metode
yang lain, adsorpsi merupakan metode yang paling banyak digunakan karena metode
ini aman, tidak memberikan efek samping yang membahayakan kesehatan, tidak
memerlukan peralatan yang rumit dan mahal, mudah pengerjaaannya dan dapat di
daur ulang (Erdawati, 2008). Dewasa ini telah banyak dikembangkan teknologi
aplikasi adsorpsi menggunakan bahan biomaterial untuk menurunkan kadar logam
berat dari perairan (biosorpsi).
Para
ahli telah lama mengetahui bahwa bahan-bahan berserat seperti wool, rambut
manusia dan bulu ayam dapat mengadsorpsi ion-ion logam dalam larutannya. Tan
(1985) melaporkan bahwa rambut manusia dapat digunakan sebagai adsorben logam
tembaga (II). Adanya sifat adsorpsi rambut manusia tersebut mendorong banyak
kajian yang menyelidiki kemungkinan penggunaan bahan-bahan berserat keratin
sebagai subtituen yang murah dan sederhana daripada adsorben lainnya (seperti
resin penukar ion) yang biasanya mahal.
Keratin
adalah serat protein yang banyak terdapat pada lapisan pelindung pada manusia
atau hewan, seperti kulit rambut atau bulu. Kebanyakan keratin di alam adalah
α-keratin, disamping ada konformasi lain yang dikenal yaitu anti parallel atau pleated sheet (Wingrove, 1981).
Sifat-sifat keratin yang dikaitkan dengan gugus asam amino dan hidroksil yang
terikat, maka menyebabkan sifat polielektrolit kation sehingga dapat berperan
sebagai penukar ion dan sebagai adsorben terhadap logam berat dalam air limbah
(Tan, 1985). Pace dan Michelsen (1973) melaporkan bahwa kapasitas adsorpsi ion
merkuri oleh rambut (bulu) dari limbah penyamakan kulit dapat disamakan dengan
kapasitas resin penukar ion Dowex 50W-X8 dan Dowex 1-X8. Kulkarni dan Rane
(1980) melaporkan bahwa kapasitas adsorpsi maksimum rambut manusia dengan
aktivasi alkali dan alkalin terhadap ion merkuri adalah 41,6 dan 50,5 mg/g (
Tan dkk, 1985). Nazzarudin (1995) melaporkan bahwa kapasitas adsorpsi rambut
manusia dengan aktivasi alkalin terhadap ion logam tembaga (II) adalah 12,24
mg/g. Pemilihan logam krom disini
didasarkan pada kondisi nyata di lapangan, dari hasil laboratorium diperoleh
data bahwa limbah cair industri elektroplating mengandung logam kromium.
Rambut manusia yang telah diaktivasi dengan larutan Na2S
akan digunakan untuk menurunkan kadar logam kromium pada limbah dari
industri elektroplating rumah tangga di
Desa Ngingas Kecamatan Waru. Selain itu, pada
penelitian ini juga diamati pengaruh ukuran biomassa rambut manusia teraktivasi
terhadap penyerapan logam kromium. Metode yang digunakan pada penelitian adalah
metode batch, prinsip dari
metode batch yaitu dengan menambahkan
adsorben ke dalam larutan dan diaduk dengan waktu tertentu.
II. Metodologi
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
Peralatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah oven listrik, kertas saring, magnetic stirrer, neraca analitis, gunting, erlenmeyer, pH meter dan beberapa alat gelas.
Instrumen yang digunakan diantaranya SSA AA-6800 Shimadzu, spektrofotometer
UV-Vis DU ® 7500 Beckman, spektrofotometer
Shimadzhu FTIR-8201 PC .
2.1.2 Bahan
Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah rambut
manusia yang diperoleh dari salón rambut di Kota Madiun; padatan Na2S; HNO3 65%;
aseton; dan Cr(NO3)3.9H2O;
aquadest, aqua DM dan sampel limbah industri elektroplating yang diperoleh dari
industri elektroplating rumah tangga di Desa Ngingas Kecamatan Waru.
2.2 Prosedur kerja
2.2.1. Pembuatan Kurva
Kalibrasi Logam Kromium
Larutan induk kromium 100 ppm
dipipet sebanyak 0,5; 1; 2; 3 dan 5 mL, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur
100 mL dan diencerkan dengan menambahkan aqua DM sampai tanda batas sehingga
diperoleh larutan kromium dengan konsentrasi
0,5; 1; 2; 3 dan 5 ppm untuk diukur nilai serapannya dengan SSA pada
panjang gelombang maksimum 357,9 nm (Setyorini, 2006).
2.2.2 Pembuatan Biomassa Rambut
Manusia
Rambut Manusia dicuci dengan
air dan detergen beberapa kali, kemudian dijemur sampai kering dan hilang
baunya. Setelah kering, rambut tersebut dipotong kecil-kecil. Adsorben dicuci/direndam dengan aseton sampai
terendam selama 15 menit, kemudian disaring dengan menggunakan corong buchner.
Residu yang didapat dikeringkan dengan oven pada suhu 50oC sehingga biomassa siap digunakan. Karakterisasi
biomassa ini dilakukan menggunakan FTIR.
2.2.3 Perlakuan Aktivasi
Biomassa Rambut Manusia dengan Larutan Alkali
Masing-masing
biomassa diambil sebanyak 1 gram dan diaktivasi menggunakan larutan alkali Na2S
0,1 N sebanyak 100 mL, kemudian distirer selama 20 menit. Kondisi ini merupakan
kondisi optimum berdasarkan penelitian Setyorini (2006). Setelah 20 menit,
campuran disaring menggunakan corong buchner. Residu yang didapat dikeringkan
dengan oven pada suhu 50oC sehingga diperoleh biomassa bulu ayam
teraktivasi yang siap digunakan. Bulu ayam teraktivasi ini juga dilakukan
karakterisasi menggunakan FTIR.
2.2.4 Analisa Konsentrasi Logam Berat pada Biomassa
Rambut Manusia Teraktivasi dan Tidak Teraktivasi
Biomassa
rambut manusia teraktivasi ditimbang sebanyak 0,5 gram dan didestruksi dengan
10 mL HNO3 65% hingga diperoleh larutan yang jernih. Selanjutnya
larutan disaring dan filtrat yang diperoleh, dimasukan ke dalam labu ukur 100
mL dan ditambahkan aqua DM hingga tanda batas. Kemudian dianalisa kadar
kromium. Perlakuan ini diulangi untuk
biomassa rambut manusia tidak teraktivasi.
2.2.5
Analisa Konsentrasi Logam Berat pada Limbah Elektroplating
Sampel limbah
elektroplating diambil sebanyak 100 mL, dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu
ditambahkan 5 mL HNO3 65%, campuran diaduk hingga homogen, kemudian
dididihkan hingga diperoleh
larutan yang jernih.
Larutan hasil destruksi didinginkan kemudian ditempatkan dalam labu ukur 100 mL
dan ditambahkan HNO3 1% sampai tanda batas. Larutan tersebut
kemudian dianalisa kadar kromium dan tembaga
dengan SSA.
2.2.6
Penentuan Adsorpsi-Desorpsi Logam Kromium pada Limbah Elektroplating
Menggunakan Biomassa Rambut Manusia Teraktivasi dan Tidak Teraktivasi
Limbah
elektroplating disiapkan ke dalam sembilan gelas beker dengan volume yang sama
(25 mL). Pada gelas beker pertama dimasukkan 0,5 gram biomassa rambut manusia
teraktivasi dan distirer selama 60 menit. Kemudian larutan tersebut disaring,
filtrat yang diperoleh diukur kadar kromium yang tidak teradsorb oleh biomassa
menggunakan AAS. Lalu biomassa rambut manusia tersebut dimasukkan kembali ke
dalam gelas beker yang kedua dan distirer selama 60 menit. Setelah itu. larutan
kembali disaring untuk mengukur kadar kromium yang tidak teradsorb biomassa.
Biomassa rambut manusia tersebut kemudian dimasukkan ke dalam gelas beker
ketiga selama 60 menit begitu seterusnya sampai gelas beker kesembilan.
Biomassa rambut manusia teraktivasi yang
telah digunakan untuk penentuan studi adsorpsi, dimasukkan ke dalam 50 mL HCl
4N kemudian distirer selama 60 menit. Larutan disaring dan filtrat yang
diperoleh, didestruksi dengan HNO3 65%. Larutan dianalisa kadar krom
menggunakan SSA. Sedangkan biomassa rambut manusia tersebut kembali dimasukkan ke
dalam 50 mL HCl 4N dan distirer 60 menit. Setelah itu, disaring dan filtrat
yang diperoleh dianalisa kadar kromium menggunakan SSA. Prosedur ini diulangi untuk biomassa rambut manusia yang tidak
teraktivasi.
III. Hasil dan Pembahasan
3.1
Karakteristik Limbah Elektroplating dari Industri Elektroplating Rumah Tangga
di Desa Ngingas
Pada penelitian
ini digunakan limbah elektroplating yang berasal dari salah satu industri
elektroplating rumah tangga di Desa Ngingas. Industri yang menyediakan jasa
elektroplating ini telah beroperasi sejak tahun 1997 yang menghasilkan
produk-produk elektroplating sesuai pesanan. Produk yang dihasilkan meliputi
peralatan rumah tangga hingga spare part
kendaraan. Untuk proses elektroplating meliputi pembersihan menggunakan asam, kemudian
dibilas dan dilanjutkan ke dalam proses elektroplating dengan merendam
benda-benda yang akan dilapisi ke dalam bak elektroplating. Setelah melalui
proses ini, benda yang telah diplating
kembali dicuci untuk selanjutnya dilakukan tahap pewarnaan dan kemudian
dikeringkan.
Untuk pengolahan terhadap limbah hasil proses
produksi dilakukan dengan cara netralisasi. Secara umum, pemilik usaha membuat
bak penampung untuk menampung limbah cair seperti. Kemudian ditambahkan
kapur sampai terbentuk endapan dan didapatkan pH limbah 7 sedangkan
cairan yang tersisa dibuang ke lingkungan. Metode tersebut dirasa kurang
efektif karena tidak semua logam mengendap dengan pemberian kapur sehingga
kemungkinan besar cairan yang dibuang ke lingkungan masih mengandung logam
berat yang dapat membahayakan lingkungan. kendala lain yang dihadapi adalah
pemilik usaha juga merasa kesulitan untuk membuang endapan limbah yang
terbentuk.
Pengambilan limbah elektroplating untuk
penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 Januari 2012. Dari cuplikan yang
diambil tersebut kemudian ditentukan karakteristiknya, seperti yang ditunjukkan
pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1
Karakter fisika dan kimia limbah elektroplating
No.
|
Parameter
|
Pengamatan
|
Karakter
Fisika
|
||
1.
|
Wujud
|
Cair
|
2.
|
Warna
|
Kuning
kecoklatan
|
3.
|
Bau
|
Menyengat khas asam
|
Karakter
Kimia
|
||
4.
|
pH
|
2,78
|
5.
|
Krom
total
|
7,0895
mg/L
|
Dari
pengujian yang dilakukan dapat diketahui kadar krom total dalam limbah
elektroplating mencapai 7,0895 mg/L yang melebihi Baku Mutu Limbah Cair
Industri Elektroplating sesuai Kep-51/MENLH/10/1995 untuk krom total 0,5 mg/L.
3.2 Pembuatan Biomassa Rambut Manusia
Pembuatan
biomassa rambut manusia diawali dengan mencuci rambut manusia yang didapatkan
dari salón rambut di Kota Madiun, dengan air dan detergen hingga
bersih kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Rambut manusia yang telah kering tersebut kemudian dipotong
kecil-kecil dengan menggunakan gunting rambut.. Pembuatan biomassa dalam bentuk
rambut yang dipotong kecil-kecil bertujuan untuk memperluas bidang kontak
antara biomassa dengan larutan sehingga proses penyerapan dapat berjalan secara
optimal.
Biomassa rambut manusia dalam bentuk potongan kecil-kecil,
selanjutnya dicuci dengan aseton/
direndam dengan aseton sampai terendam selama 15 menit. Pencucian dengan
pelarut organik ini dilakukan untuk menghilangkan sisa-sisa lemak yang masih
berada dalam biomassa rambut manusia, karena lemak dapat mengganggu proses
penyerapan logam krom. Setelah didapatkan biomassa rambut manusia dilakukan
aktivasi dengan larutan alkali.
3.3 Aktivasi Biomassa Rambut Manusia dengan Larutan Alkali
Aktivasi biomassa dilakukan untuk
mengaktifkan gugus protein pada rambut manusia, yaitu α-keratin yang mengandung
sistin sehingga dapat menyerap lebih optimal. Aktivasi ini mengaktifkan
biomassa dengan merombak struktur seratnya dimana tingkat perombakan meningkat
dengan meningkatnya waktu kontak aktivasi sehingga meningkatkan daya serap. Tetapi
perombakan melalui perendaman yang terlalu lama dalam larutan alkali Na2S
0,1 N dapat melemahkan kekuatan serat dan tidak mampu menahan beban ion logam
yang terserap. Proses perombakan struktur α-keratin dapat terjadi dari
pemutusan sebagian dari berbagai ikatan dalam struktur keratin sehingga
menghasilkan berbagai gugus aktif yang dapat berinteraksi dengan ion logam.
Protein keratin diketahui banyak mengandung jembatan ditio (-S-S-) yang hanya
mampu diputuskan dengan senyawa pereduksi berupa sulfida, diantaranya adalah Na2S
(Kimbal, 1983). Untuk memastikan aktivasi tersebut telah berjalan sempurna maka
dapat dilakukan karakterisasi terhadap biomassa rambut manusia menggunakan
instrumen FT-IR.
Perubahan pada biomassa rambut manusia
sebelum dan setelah aktivasi juga nampak pada analisis gugus fungsi menggunakan
FTIR. Spektra IR pada Gambar 3.2 menunjukkan karakteristik daerah serapan untuk
ikatan peptida (-CONH-), dimana vibrasi pada ikatan tersebut dikenal sebagai
daerah serapan amida I-III (Wojciechowska dkk., 1999).
Daerah serapan amida I menunjukkan adanya vibrasi stretching gugus C=O yang muncul pada bilangan gelombang 1700-1600
cm-1 (Sun dkk., 2009). Pada biomassa rambut manusia sebelum aktivasi
dan setelah aktivasi masing-masing muncul pada bilangan gelombang sebesar 1658
cm-1 dan 1651 cm-1. Daerah serapan amida II yang muncul
pada bilangan gelombang antara 1560-1335 cm-1 (Muyonga dkk., 2004)
berasal dari vibrasi bending N-H dan stretching C-H, dimana pada rambut
manusia sebelum aktivasi dan setelah teraktivasi masing-masing muncul pada
bilangan gelombang sebesar 1543 cm-1 dan 1527 cm-1.
Untuk
daerah serapan amida III mucul pada bilangan gelombang sekitar 1240 cm-1
(Hashim dkk., 2009) merupakan daerah yang dihasilkan dari kombinasi vibrasi stretching C-N dan bending sebidang N-H, dengan beberapa pengaruh dari vibrasi stretching C-C dan bending C=O (Sun dkk., 2009). Rambut manusia sebelum aktivasi dan
teraktivasi menunjukkan puncak serapan yang sama pada 1242 cm-1
dengan bentuk puncak yang kecil. Pada penelitian Sun dkk., (2009) menyebutkan
adanya keterkaitan antara intensitas puncak pada 1167 dan 1073 cm-1
terhadap vibrasi stretching S-O
simetris dan asimetris dari residu larutan aktivator yang digunakan dalam hal
ini 1-butyl-3-methylimidazolium chloride
([BMIM]Cl), dimana pada bulu ayam teraktivasi menunjukkan puncak serapan yang
lebih tinggi dibandingkan bulu ayam sebelum aktivasi dan mengindikasikan
putusnya ikatan S-S. Hal ini berbeda dengan penelitian ini, rambut manusia
sebelum aktivasi dan teraktivasi menunjukkan puncak pada bilangan gelombang
yang sama yaitu 1080,14 cm-1 dengan intensitas serapan yang sama.
Sehingga ikatan S-S masih belum putus.
Gambar 3.2 Spektra FTIR bulu ayam sebelum aktivasi
(a) dan setelah aktivasi (b)
3.5 Hasil Analisa Konsentrasi Krom dalam Biomassa
Bulu Ayam Teraktivasi
Biomassa bulu ayam teraktivasi sebelum digunakan sebagai
biosorben untuk menurunkan kadar krom maupun kadar tembaga dalam limbah
elektroplating perlu dilakukan analisa awal terhadap konsentrasi krom dan tembaga
sebagai kontrol besarnya konsentrasi krom dan tembaga yang terkandung dalam
biomassa rambut manusia teraktivasi. Dari hasil analisa terhadap konsentrasi
logam krom dan tembaga dalam biomassa bulu ayam teraktivasi melalui
spektrofotometer serapan atom (SSA) pada panjang gelombang 357,9 nm untuk krom menunjukkan bahwa biomassa
rambut manusia sebelum aktivasi dan teraktivasi yang akan digunakan pada
penelitian ini masing-masing mengandung logam krom sebesar 0,0998 mg/g dan 0,1574 mg/g.
Dengan adanya konsentrasi logam krom yang terkandung dalam biomassa rambut
manusia tersebut maka akan sedikit berpengaruh pada proses penyerapan krom
dalam limbah elektroplating.
3.7 Hasil Penentuan
Adsorpsi-Desorpsi Logam Kromium pada Limbah Elektroplating Menggunakan Biomassa
Bulu Ayam Teraktivasi
Penentuan
adsorpsi-desorpsi logam krom menggunakan biomassa rambut manusia teraktivasi
dilakukan ke dalam limbah elektroplating yang baru tiap waktu optimum adsorpsi
yaitu 1 jam. Sehingga nantinya dapat ditentukan kemampuan biomassa tersebut
untuk menyerap logam krom selama 9 jam dan diketahui bahwa biomassa rambut
manusia teraktivasi mampu menyerap krom sebesar 6,9675 mg/L
dan biomassa tak teraktivasi mampu menyerap krom sebesar 17,9875 mg/L.
Kemampuan biomassa untuk menyerap logam krom akan terus meningkat hingga titik
jenuhnya seperti ditunjukkan pada grafik Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Grafik penentuan adsorpsi logam krom pada
limbah elektroplating menggunakan biomassa rambut manusia teraktivasi dan tak
teraktivasi
Secara umum pembentukan ikatan krom
dengan protein berupa senyawa kompleks ion krom dengan asam-asam amino hasil
metabolisme dalam sel karena krom merupakan logam soft (ion kelas B), maka krom
cenderung berikatan dengan gugus S atau kelompok senyawa yang mengandung gugus
nitrogen (Darmono, 1995). Dengan demikian proses adsorpsi logam krom oleh
biomassa rambut manusia terjadi karena adanya ikatan kovalen antara logam krom
dan rantai samping protein sulfihidril (Anggraini, 2006).
Terbentuknya ikatan kovalen ini diperkuat dengan desorpsi
biomassa yang dilakukan pada penelitian ini. Hasil desorpsi logam krom pada
biomassa rambut manusia teraktivasi menggunakan HCl 4N mencapai 4,400
mg/L dan 9,7500 mg/L untuk biomassa rambut manusia tak teraktivasi. Sedangkan %
regenerasinya didapatkan sebesar
63,15 % untuk biomassa rambut manusia teraktivasi dan 54,20% untuk biomassa tak
teraktivasi. Hasil ini menunjukkan bahwa perlakuan aktivasi biomassa rambut
manusia justru menunjukkan kemampuan menyerap krom yang kurang efektif
dibandingkan biomassa tanpa aktivasi. Hal ini dikarenakan perlakuan aktivasi
kemungkinan dapat melemahkan kekuatan serat dan tidak mampu menahan kekuatan
ikatan logam yang terserap, serta perlakuan aktivasi dengan alkali justru dapat
mengganggu sulfihidril yang terdapat dalam biomassa rambut manusia sehingga
menjadi terganggu pula kemampuan ikatnya dengan logam krom.
IV. Kesimpulan
dan Saran
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan diantaranya :
1)
kadar
krom total dalam limbah elektroplating yang digunakan pada penelitian ini
mencapai 7,0895 mg/L;
2)
biomassa
rambut manusia tak teraktivasi memiliki kemampuan menyerap krom lebih tinggi
mencapai 59,61 % dibandingkan dengan biomassa
teraktivasi yaitu 26,42 %;
3)
kemampuan biomassa rambut
manusia tak teraktivasi untuk menyerap logam krom selama 9 jam mencapai 17, 9875 mg/L dan 6,9675 mg/L untuk biomassa teraktivasi
sedangkan % regenerasi logam krom didapatkan sebesar 54,20% untuk biomassa
tak teraktivasi dan 63,15% untuk biomassa teraktivasi.
4.2 Saran
Pada
penelitian ini telah diketahui bahwa aktivasi rambut manusia dengan larutan Na2S
0,1 N dengan cara perendaman selama 20 menit menyebabkan kemampuan menyerap
krom lebih sedikit dari pada sebelum aktivasi. Oleh karena itu, diperlukan
studi lebih lanjut dalam melakukan aktivasi rambut manusia untuk dapat menyerap
logam krom yang lebih maksimal dari pada sebelum aktivasi.
Ucapan terimakasih kepada:
1. Allah SWT atas segala nikmat dan karunia serta kemudahan
yang telah diberikan kepada penulis;
2. Bapak dan Ibu
tercinta atas perhatian, kasih sayang,
dan do’a yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis;
3. Dra. Ita Ulfin,
M.Si. selaku Dosen Pembimbing atas waktu, arahan, pemahaman dan segala diskusi
serta semua ilmu yang bermanfaat selama penyusunan tugas akhir;
4. Juga semua pihak
yang terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Daftar Pustaka
Anggraini, R.
2006. “Optimasi Penyerapan Logam Krom oleh Biomassa Kering Bulu Ayam Broiller”.
Skripsi, Jurusan Kimia, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Baig, T.H.,
Garcia, A.E., Tiemann, K.J., dan Gardea Torresdey, J.L. 1999. “Adsorption of
Heavy Metals Ions by The Biomass of Solonum Elaeagnifolium (Silverleaf Night
Shade)”. Conference on Hazardous Waste
Research, hal. 131-142.
Boricha, A.G. dan Murthy, Z.V.P. 2009.
“Preparation, Characterization and Performance of Nanofiltration Membranes for
the Treatment of Electroplating Industry Effluent”. Separation and Purification Technology. 65: hal. 282-289.
Erdawati. 2008.
“Kapasitas Adsorpsi Kitosan dan Nanomagnetik Kitosan terhadap Ion Ni(II)”. Prosiding. Seminar Nasional Sains dan
Teknologi Universitas Lampung.
Indrawati,
L. 2009. “Aktivasi Abu Layang Batubara dan Aplikasinya pada Proses Adsorpsi Ion
Logam Cr dalam Limbah Elektroplating”. Tugas
Akhir, Jurusan Kimia, Universitas Negeri Semarang.
Matheickal, J.T.
dan Qiming Yu. 1999. “Biosorption of Lead (II) and Copper (II) from Aqueous
Solutions by Pre-treated Biomass of Australian Marine Algae”. Bioresource Technology. 69 : hal.
223-229.
Ni’mah, Y.L.
2006. “Penurunan Kadar Tembaga dalam Larutan dengan Menggunakan Biomassa Bulu
Ayam”. Skripsi. Jurusan Kimia,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Primadhani, S.Y.
2007. “Penurunan Kadar Tembaga dalam Larutan Menggunakan Biomassa Bulu Ayam
dengan Aktivasi Asam Tioglikolat 0,1 N”. Skripsi.
Jurusan Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Purwanto dan
Huda, S. 2005. “Teknologi Industri
Elektroplating”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Sciban, M.,
Radetic, B., Kevresan, Z., dan Klasnja, M. 2006. “Adsorption of Heavy Metals
From electroplating wastewater by Wood Sawdus”. Journal of Bioresource Tecnohlogy. 98, hal.402-409.
Setyorini,
T. 2006. “Optimasi Serapan Logam Kromium dalam Larutan Menggunakan Biomassa
Kering Bulu Ayam Broiller Diaktivasi dengan Larutan NaOH/Na2S”. Skripsi. Jurusan Kimia, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Sharma, Y.C. dan Weng, C.H. 2007. “Removal of Chromium(VI)
from Aqueous Solution by Activated Carbons: Kinetic and Equilibrium Studies”. Journal of Hazardous Materials: 142,
hal. 449–454.
Sumada, K. 2006.
Kajian Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri Elektroplating yang Efisien”. Jurnal Teknik Kimia. Vol.1 No.1, hal.
26-36.
Sun, P., Liu,
Z-T dan Liu Z-W. 2009. “Particles from Bird Feather : A Novel Application of an
Ionic Liquid and Waste Resource”. Journal
of Hazardous Materials, 170 : Hal. 786-790.
Volesky, B. 2000. “Biosorption of Heavy Metals”, CRC
Press, Boston.
Langganan:
Postingan (Atom)